Masuknya generasi muda dalam angkatan kerja di sebuah organisasi memang tidak bisa dihindarkan lagi. Demikian halnya dengan perusahaan yang sudah bertaraf internasional, dimana perusahaan atau organisasi tersebut memiliki karyawan dalam jumlah banyak, bisa mencapai diatas 300 karyawan dan mayoritas posisinya diisi oleh Generasi Millennial atau bisa juga disebut dengan Gen Y.
Gen Y memiliki karakteristik yang unik.Menurut Kominfo, penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada interval tahun 1980-1990, dimana para pakar menggolongkannya berdasarkan awal tahun dan akhir. Mereka yang masuk dalam gen ini, memiliki pola pikir yang penuh ide-ide visioner dan inovatif, memiliki pengetahuan dan penguasaan dalam bidang teknologi. Di era ini, selain komputer sudah menjamur, ditambah lagi dengan berkembangnya video games, gadget, smartphones dan setiap kemudahan akan fasilitas berbasis computerized yang ditawarkan serta kecanggihan internet, membuat Gen Y menjadi generasi yang mudah dan cepat dalam mendapatkan informasi.
Gen Y cenderung bertanya dan meminta kritik serta saran untuk kemajuannya. Mereka menganggap bahwa rewards terbaik adalah ketika pekerjaannya dinilai berarti bagi hal-hal tertentu. Keseimbangan gaya hidup dan pekerjaan menjadi hal yang paling penting bagi mereka GenY. Karenanya, mereka cenderung mencari pekerjaan yang dapat menunjang gaya hidup. Jika tidak, mereka cenderung memutuskan dari pekerjaan tersebut.
Hal ini banyak diakui oleh pemimpin perusahaan dimana untuk mengelola dan mengembangkan Gen Y diperlukan perlakuan khusus agar metode yang diterapkan bisa efektif dan tepat sasaran. Namun hal ini tidak boleh lepas dari desain besar program pengembangan yang ada disebuah perusahaan atau organisasi. Dimana rusahaan atau organisasi harus berkomitmen untuk pengembangan karyawannya.
Salah satu cara pengembangan karyawan adalah melalui program atau training. Training di era millennial saat ini, dapat dilakukan diluar tempat mereka bekerja, bisa dibalut dengan training dan outbond, bisa juga training berbasis digital menggunakan webinar atau hangout yang sudah banyak digunakan para startup untuk memberikan tips –tips yang mereka ingin bagikan. Mengapa harus mencoba metode seperti itu ? Gen Y ini merupakan generasi yang bebas, tetapi mereka juga ingin manfaat yang didapat saat training dengan metode yang terbaru dan tidak “kuno” hanya mendengarkan pembicara mengulas materi. Untuk itu,perusahaan harus memiliki training roadmap atau kelompok kompetensi, yakni pemetaan training berdasarkan jabatan yang disusun dari hasil analisa kompetensi, kebutuhan perusahaan dan kondisiaktual di unit kerja masing-masing perusahaan. Biasanya yang dibagi dalam dua kelompok besar, yakni hard competencies dan soft competencies. Hard competencies dimana lebih mengarah pada skill atau kemampuan dalam suatu bidang. Sedangkan soft competencies lebih diarahkan pada bagaimana karyawan bisa memiliki 3 (tiga) kemampuan, yaitu leading yourself (memimpin diri sendiri), leading others (memimpin orang lain),dan leading organizations (memimpin organisasi).
Untuk menarik agar Gen Y ini mau belajar, katalog training yang sudah di sediakan perusahaan bisa dilihat di web corporate, sebagai contoh untuk requirement seorang Kepala Operasi Cabang ada beberapa training yang harus di ikut, seperti leadership training, teamwork training, dapat juga dilakukan assessment. Hal tersebut juga dapat dilakukan perusahaan untuk karyawan lain yang mau naik jabatan atau golongan, ini semua lengkap tersaji secara lengkap dengan adanya technology. Khusus program training–nya, perusahaan memiliki program dengan pendekatan secara holistik, dalam arti Gen Y akan dikembangkan tidak hanya sebagai employee untuk menjadi karyawan seutuhnya di dalam organisasi, namun dia juga dilatih untuk menjadi team member yang baik, kemudian juga bagaimana kehidupannya di tengah-tengah keluarganya, bagaimana kehidupan secara sosialnya, serta bagaimana kehidupannya sebagai leader.
Setiap perusahaan jika ingin mengadakan training bisa dilakukan secara internal, ataupun bekerja sama dengan pihak eksternal untuk memperkuat program-program training seperti dengan lembaga-lembaga pelatihan terkemuka di tanah air, dan di luar negeri untuk leadership program. Terkait pengelolaan khusus knowledge management (KM), perusahaan memiliki strategi, bagaimana fokus untuk mengelola people atau orangnya, dan bagaimana men-develop repository-nya. Untuk orangnya dilakukan melalui kegiatan, dimana orang-orang bisa saling berbagi pengetahuan (knowledge sharing) secara sukarela, tidak ada paksaan, dengan prinsip semua karyawan duduk bersama untuk saling belajar.
Tidak hanya lokasi, menariknya topik yang jadi bahasan tidak terkait dengan pekerjaan, tapi output knowledge tentang bekerja juga dapat menarik minat Gen Y mengikuti training tersebut. Misalnya dalam sharing atau pembelajaran itu dibahas bagaimana menjadi kreatif dalam hal proses mengajar, sehingga output–nya adalah knowledge tentang bagaimana mengajar. Di level management pun didatangkan CEO atau board level baik dari dalam maupun luar organisasi. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Gen Y untuk memperkaya ilmu yang dibutuhkan.
Selanjutnya pembelajaran yang di dapat oleh Gen Y ini dapat mendorong untuk mengemukakan ide-ide mereka dan dibicarakan secara informal di tingkat masing-masing divisi. Kemudian menentukan ide-ide mana yang akan ditunjuk untuk mewakili unit kerja dan dipertandingkan ke level yang lebih tinggi. Saat ini sebuah perusahaan harus mendorong karyawannya untuk aktif berperan, para leadernya pun juga dituntut untuk berkontribusi. Bahkan, jika perusahaan sudah memiliki system KPI (Key Performance Indicator) maka untuk para leader ini dapat dimasukkan kedalam KPI-nya.
Dengan KPI ini, para leader diharapkan bisa memberikan sumbangsihnya dalam hal pembelajaran, dimana ia bisa memilih untuk menjadi trainer, mentor, assesor, bahkan menjadi inspirator, hal ini yang membuat Gen Y itu disebut sebagai generasi yang kreatif dan inovatif, karena tidak hanya duduk dibelakang meja mengerjakan tugas sehari – hari, tetapi juga ikut terjun langsung mengembangkan perusahaan tempat ia bekerja.
Dapat ditambahkan, untuk mengakomodasi kebutuhan training Gen Y, perusahaan dapat merancang beberapa program pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Seperti misalnya game-game interaktif, dengan ikon-ikon karakter yang fun, dimana ini adalah bentuk penyesuaian dimana hampir 51% yang mengikuti training adalah young generations, sehingga pembelajarannya pun juga dirancang dan mengarahkepada kebutuhan Gen Y. Tidak hanya hal tersebut, dengan mengadakan kegiatan training bagi Gen Y lahirlah program-program pembelajaran pertama yang tidak hanya berdasarkan print book saja, tapi berkembang dalam bentuk visual, video, animasi dan lain sebagainya. Kedua melalui program aplikasi, ini dimaksudkan untuk mendorong minat belajar itu bisa menjadi habit di kalangan Gen Y atau karyawan muda. Dan ketiga,melalui social media yang kini tengah berkembang pesat dan social media ini pun harus digunakan sebagai wadah pembelajaran. Perusahaan dapat menyiapkan beberapa solusi training dengan memanfaatkan teknologi, seperti diantaranya: e-materi, e-learning, video animasi, web base training, social learning, gamification yang support di Android dan iPhone, serta belajar melalui video conference.